Bisnis  

Pertamina ngaku rugi terus Purbaya kesel :”Bisanya cuma impor! Males bikin kilang sendiri.”

Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa saat memberikan keteran pers/foto: dokumen pribadi/tiktok-purbaya yudhi sadewa/Jurnaloka

JURNALOKA.COM – Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa memberikan kritik terhadap perusahaan BUMN Pertamina.

Purbaya mengaku kesal atas mandeknya investasi kilang baru PT Pertamina (Persero). Ia menyoroti, sejak krisis 1998, Pertamina tidak membangun kilang baru sehingga kebutuhan impor bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat.

Berita Terkait:

Hasan Nasbi ditetapkan sebagai Komisaris Pertamina – Jurnaloka

Kejagung tetapkan Riza Chalid tersangka kasus korupsi di Pertamina – Jurnaloka

Menkeu Purbaya Sindir Budaya ‘Asal Bapak Senang’ di Sistem Birokrasi Pemerintah – Jurnaloka

“Sejak krisis sampai sekarang tidak ada kilang baru, kalau bapak ibu ketemu Danantara lagi, minta Pertamina bangun kilang baru,” kata Purbaya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (30/9/2025).

Padahal kata Purbaya, Pertamina pernah berjanji untuk bangun tujuh kilang baru dalam waktu lima tahun.

Baca Juga:  Menkeu Purbaya Terkejut: 99% Busana Muslim RI Dikuasai Produk China, "Kan Jadi Lucu!"

“Sampai sekarang kan enggak ada satupun. Jadi bapak (Komisi XI DPR RI) tolong kontrol mereka juga. Jadi saya kontrol, dari bapak-bapak juga kontrol. Karena kita rugi besar. Kita impor dari mana? Dari Singapura. Minyak, produk-produk minyaknya. Pabrik pupuk juga,” jelas Purbaya.

“Subsidi energi naik terus dari tahun ke tahun. Energinya kan Pak, kalau itu namanya BBM kan. BBM tuh, solar, solar, itu impor. Kita banyak impornya, sampai puluhan miliar dolar setahun,” ujar Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (30/9/2025).

“Sudah berapa tahun kita mengalami hal tersebut? Sudah puluhan tahun kan. Kita pernah bangun kilang baru nggak? Nggak pernah. Sejak krisis sampai sekarang nggak pernah bangun kilang baru,” tuturnya.

Purbaya pun meminta anggota dewan untuk ikut menekan PT Pertamina (Persero) agar segera merealisasikan proyek pembangunan kilang. Ia mengaku saat menjabat sebagai Deputi di Kemenko Marves (Mei 2018 hingga September 2020), ia pernah mendorong Pertamina untuk membangun kilang.

Baca Juga:  Hasan Nasbi ditetapkan sebagai Komisaris Pertamina

Kilang minyak yang dioperasikan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), sub-holding dari Pertamina, umumnya terdiri dari enam unit kilang utama (Refinery Unit/RU) yang berlokasi di berbagai daerah di Indonesia.

Jumlah unit kilang (kilang utama dan unit-unit tambahan lain) yang pasti hingga tahun 2025 tidak secara eksplisit disebutkan sebagai satu angka tunggal dalam hasil pencarian, dapat diketahui bahwa Pertamina mengoperasikan enam Refinery Unit (RU) Utama.

Dari data yang didapat JURNALOKA beberapa kilang minyak yang dioperasikan oleh Pertamina adalah:

1. RU II Dumai (Riau)

2. RU III Plaju (Palembang, Sumatera Selatan)

3. RU IV Cilacap (Jawa Tengah)

4. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur)

5. RU VI Balongan (Indramayu, Jawa Barat)

6. RU VII Sorong (Papua Barat)

Selain itu, terdapat juga unit-unit kilang yang dikelola atau dalam pengembangan di bawah Pertamina (seperti PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban yang juga mengolah minyak bumi, serta adanya proyek-proyek peningkatan kapasitas/revitalisasi (RDMP) di beberapa kilang seperti Balikpapan dan Balongan yang ditargetkan selesai hingga tahun 2025).

Baca Juga:  Kilang Pertamina Lakukan Uji Kualitas Untuk Pastikan Produk BBM Sesuai Spesifikasi Standar

Secara umum, jumlah kilang utamanya adalah enam, dan dengan adanya pengembangan/revitalisasi (RDMP) serta proyek kilang baru (NGRR) yang sebagian ditargetkan selesai atau beroperasi parsial hingga 2025 (seperti proyek RDMP Balikpapan), kapasitas pengolahan minyak Pertamina secara keseluruhan akan meningkat signifikan, namun jumlah unit kilang utamanya tetap enam, ditambah unit-unit lain yang dioperasikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *