Mantan BIN “Jokowi seperti Debt Collector nagih hutang politik ke Prabowo.”

Presiden Republik Indonesia ke 8, Prabowo Subianto./JURNALOKA/Dok: Setpres BPMI
Presiden Republik Indonesia ke 8, Prabowo Subianto./JURNALOKA/Dok: Setpres BPMI

JAKARTA, Jurnaloka.com – Pertemuan tertutup antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara No. 4, Jakarta Selatan pada Sabtu (4/10/2025), menuai sorotan tajam dan tafsir kontroversial.

Mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel (Purn) Sri Radjasa, melontarkan pernyataan mengejutkan dengan menyebut kedatangan Jokowi ke rumah Prabowo itu “semacam debt collector yang sedang menagih utang politik.”

Radjasa menilai, kunjungan yang berlangsung selama dua jam tersebut merupakan upaya Jokowi untuk menagih janji atau utang politik kepada Prabowo. Menurutnya, sebagai mantan presiden, Jokowi seharusnya tidak lagi mencampuri urusan pemerintahan Prabowo.

Baca Juga:  Marsinah, Ikon Buruh Pertama Sandang Pahlawan Nasional: Pengakuan Negara Tiga Dekade Setelah Kematian Tragis

Tujuan Tersembunyi di Balik Kunjungan

Menurut analisis Sri Radjasa, agenda utama Jokowi kembali ke Jakarta bukanlah semata-mata untuk menghadiri acara Hari Ulang Tahun ke-80 TNI, melainkan untuk bertemu dengan Prabowo.

Radjasa mengklaim, Jokowi memerlukan dukungan politik dari Prabowo terkait sejumlah masalah yang tengah dihadapinya, termasuk isu validitas ijazah pribadinya hingga ijazah Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.

Baca Juga:  Prabowo: Transparansi dan akuntabilitas adalah prinsip utama dalam penggunaan anggaran negara

Lebih lanjut, purnawirawan TNI itu juga mengungkap klaim bahwa dalam pertemuan tersebut, Jokowi secara spesifik meminta Prabowo untuk tidak melakukan penggantian terhadap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Peringatan untuk Prabowo

Sri Radjasa menyebut, perilaku politik yang ditunjukkan oleh Jokowi ini mengarah pada ‘enlargement behavior’ atau upaya pelebaran pengaruh. Ia pun secara terbuka memperingatkan Presiden Prabowo agar tidak membiarkan tindakan tersebut terus berlanjut.

Pernyataan kontroversial dari mantan anggota BIN ini menambah riuh tafsir politik di balik setiap pertemuan antara presiden saat ini dan presiden terpilih, terutama yang berkaitan dengan dinamika kekuasaan pasca-pemilu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *