JAKARTA, Jurnaloka.com – Peringatan Hari Pahlawan pada Senin (10/11/2025) menjadi tonggak sejarah bagi kaum pekerja Indonesia. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada aktivis buruh legendaris, Marsinah, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116.TK/Tahun 2025. Marsinah kini resmi menjadi buruh perempuan pertama yang mendapat kehormatan tertinggi dari negara.
Penganugerahan ini dilakukan di Istana Jakarta dan diterima langsung oleh Marsini, kakak kandung Marsinah, dalam suasana haru. Marsinah, yang gugur pada usia 24 tahun pada tahun 1993, dikenal luas sebagai simbol perlawanan dan perjuangan hak-hak pekerja di masa Orde Baru.
Perjuangan Marsinah yang Dibayar Mahal
Marsinah adalah buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya (PT CPS) di Porong, Sidoarjo. Pada awal Mei 1993, ia secara lantang memimpin aksi unjuk rasa untuk menuntut kenaikan upah minimum dari Rp1.700 menjadi Rp2.250 per hari. Tidak hanya itu, para buruh juga memperjuangkan tunjangan tetap serta hak-hak normatif lainnya.
Namun, perjuangan Marsinah dibayar mahal. Setelah aktif memimpin mogok kerja, ia menghilang pada 5 Mei 1993. Jasadnya ditemukan empat hari kemudian, 9 Mei 1993, dalam kondisi mengenaskan dengan tanda-tanda penyiksaan berat di Dusun Jegong, Nganjuk. Kasus pembunuhan yang diduga kuat melibatkan aparat militer saat itu, hingga kini masih menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM berat yang belum tuntas.
Apresiasi dan Proses Cepat
Penetapan ini disambut sukacita oleh berbagai organisasi buruh. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, mengungkapkan rasa syukur dan mengapresiasi langkah cepat pemerintah. Said Iqbal menyebutkan bahwa usulan nama Marsinah disampaikan langsung kepada Presiden Prabowo pada Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025, dan hanya membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk penetapan resmi.
“Almarhum Marsinah menjadi buruh pertama yang mendapat gelar pahlawan nasional. Kami menghitung prosesnya hanya enam bulan, padahal kami mengira baru untuk tahun depan. Ini membuktikan bahwa Presiden menaruh penghormatan besar kepada kaum buruh dan pekerja,” kata Said Iqbal.
Kontroversi dan Sorotan Publik Marsinah bersanding Soeharto
Meskipun mendapat apresiasi, penetapan Marsinah ini juga menuai sorotan karena dilakukan bersamaan dengan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto, yang merupakan Presiden RI ke-2 dan pemimpin Orde Baru saat Marsinah terbunuh.
Beberapa kritikus lantas menilai penyandingan ini ironis, bahkan menganggapnya sebagai upaya ‘pemutihan sejarah’ atau agenda politik. Mereka menegaskan bahwa pengusutan tuntas kasus pembunuhan Marsinah jauh lebih penting daripada sekadar penganugerahan gelar.
Menanggapi hal ini, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan bahwa penetapan Marsinah murni berdasarkan jasa-jasanya dan tidak berkaitan dengan penyidikan ulang kasus pembunuhannya. “Marilah kita belajar untuk melihat jasa dari para pendahulu-pendahulu,” ujar Prasetyo.
Terlepas dari kontroversi itu, nama Marsinah kini sejajar dengan tokoh bangsa lainnya. Menteri HAM bahkan telah mengabadikan namanya menjadi salah satu ruangan di kementerian, menjadikannya simbol penting perjuangan hak asasi manusia dan keadilan bagi pekerja.
#Marsinah #PahlawanNasional #AktivisBuruh #HariPahlawan2025 #PrabowoSubianto #HakBuruh #OrdeBaru #KSPI #Jurnaloka








