الحمد لله رب العلمين
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
1. Alhamdulillah (الحمد لله)
Dalam _Mafatihul Ghaib_ karya Fakhruddin al-Razi (606 H) dipaparkan, bahwa mengucapkan “Alhamdulillah” bukan hanya sekadar ucapan, tapi juga pengakuan dan pujian terhadap semua nikmat yang Allah berikan. Pujian akan muncul ketika seseorang benar-benar menyadari keberadaan nikmat itu, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Nikmat Allah begitu banyaknya hingga tidak bisa dihitung, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
“Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya.”
(QS. An-Nahl : 18)
Contohnya, tubuh manusia yang terdiri dari jiwa dan raga memiliki banyak fungsi dan manfaat. Penelitian anatomi menemukan sekitar lima ribu manfaat dari tubuh manusia saja, dan itu hanya sebagian kecil dari nikmat Allah yang tidak terlihat atau tidak diketahui. Jika kita tambahkan nikmat lain seperti langit, bumi, matahari, bulan, tumbuhan, hewan, dan mineral, jumlah nikmat yang patut dipuji bisa mencapai jutaan. Oleh karena itu, ketika seseorang mengucapkan “Alhamdulillah”, ia secara langsung mengakui dan bersyukur atas ribuan bahkan jutaan nikmat yang Allah berikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Rabb al-‘Alamin (رب العلمين)
Fakhruddin al-Razi (606 H) menjelaskan makna “Rabb al-‘Alamin” mengajarkan bahwa Allah adalah Pemelihara seluruh alam semesta. Segala ciptaan, mulai dari yang terkecil hingga terbesar, berada di bawah perlindungan-Nya. Alam semesta dapat dibagi menjadi tiga kategori:
- 1. Hal-hal yang menempati ruang, seperti manusia dan planet.
2. Hal-hal yang tidak menempati ruang, seperti energi dan waktu.
3. Hal-hal yang melekat pada benda atau fenomena, seperti kecepatan, warna, dan bentuk.
Allah Mahakuasa, dan mampu menciptakan dunia lain yang jumlahnya tak terhitung. Sedangkan pengetahuan manusia terbatas, bahkan jika kita meneliti semua makhluk hidup dan fenomena alam secara mendalam, pun usia kita akan cukup tidak cukup untuk memahami seluruh ciptaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَلَوْ أَنَّمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَٰمٌ وَٱلْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍۢ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Seandainya seluruh pohon di bumi dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta, kata-kata Allah tidak akan habis.”
(QS. Luqman : 27)
Ayat ini menunjukkan betapa luas pengetahuan dan ciptaan Allah, yang semuanya termasuk dalam pengakuan “Rabb al-‘Alamin”.
Dengan memahami arti kedua ucapan ini, setiap pengucapan “Alhamdulillah” menjadi pengingat untuk lebih bersyukur dan menghargai nikmat yang diberikan. Sedangkan kepercayaan bahwa Allah adalah Rabb al-‘Alamin mengingatkan kita untuk hidup bijak, menjaga ciptaan-Nya, dan menghormati sesama makhluk.
Dengan begitu, ucapan sederhana ini bukan hanya sekadar kata, tetapi juga pengakuan yang mendalam dan langsung atas kekuasaan Allah dan semua nikmat yang mencakup seluruh alam.
Wallahu subhanahu wa ta‘ala a‘lam
Disarikan dari kitab Mafatihul Ghaib karya Fakhruddin al-Razi
Madarif Institute
Youtube: Madarif Institute
Instagram: @madarifinstitute
Web: madarifinstitute.org