Tafsir Alfatihah: Bacaan Basmalah (ayat ke-1)

Pendiri Madarif Institutie Ustadz Arifin Nugroho. S.H.I, Lc. MA/Foto:Dokumen Pribadi
Pendiri Madarif Institutie Ustadz Arifin Nugroho. S.H.I, Lc. MA/Foto:Dokumen Pribadi

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”

Basmalah bukan sekadar kalimat pembuka, tetapi pengingat penting sebelum kita memulai setiap amal. Ulama tafsir menjelaskan kandungan Basmalah dengan beragam sisi. Beberapa poin penting di antaranya:

1. Bismillah (بسم الله)
Menurut Mafatihul Ghaib karya Fakhruddin al-Razi (606 H), menyebut nama Allah sebelum beramal menunjukkan kesadaran kita akan Allah dan menolak hal-hal yang tidak pantas. Huruf “ba” (ba al-‘Ilsaq) mengaitkan tindakan kita langsung dengan nama Allah. Dengan kata lain, bismillah berarti:
“Dengan nama Allah, saya memulai setiap amal ketaatan.”

Sementara itu, Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim karya Ibnu Katsir (774 H) meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ yang berbunyi:
كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِبِسْمِ اللَّهِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak diawali dengan basmalah, maka perkara tersebut terputus (terhenti keberkahannya).”
(H.R. Al-Khatib Al-Jami’)

Baca Juga:  Kesombongan dan Ujub Oleh Ustadz Arifin Nugroho. S.H.I.,Lc, MA

Hadits ini digunakan Ibnu Katsir untuk menekankan pentingnya mengawali setiap amal dengan Basmalah, agar amal tersebut mendapat keberkahan Allah.

2. Ar-Rahman ar-Rahim ( الحمن الرحيم)
Dalam Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustofa al-Maraghi (1371 H), ar-Rahman digambarkan sebagai sifat Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kebaikan-Nya kepada seluruh makhluk. Kasih sayang-Nya begitu luas, tidak terbatas, dan tak pernah terputus. Setiap makhluk, baik yang beriman maupun yang tidak, tetap mendapatkan anugerah-Nya.

Baca Juga:  Kesombongan dan Ujub Oleh Ustadz Arifin Nugroho. S.H.I.,Lc, MA

Sedangkan ar-Rahim menunjukkan bahwa Allah senantiasa menunjukkan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Kasih sayang ini tampak dalam berbagai kebaikan, dan secara khusus diberikan kepada orang-orang beriman berupa bimbingan, perlindungan, serta rahmat yang menuntun mereka menuju keridaan-Nya.

Baca Juga:  Kesombongan dan Ujub Oleh Ustadz Arifin Nugroho. S.H.I.,Lc, MA

Allah menegaskan kedua sifat ini agar manusia menyadari bahwa kepengurusan-Nya atas makhluk berdiri di atas kasih sayang dan kebaikan, bukan dengan penindasan atau paksaan. Dengan pemahaman ini, hamba-hamba-Nya terdorong untuk beramal dengan hati yang tenang dan penuh kerelaan, bukan karena tekanan atau keterpaksaan.

*Wallahu subhanahu wa ta‘ala a‘lam*

Disarikan dari Mafatihul Ghaib, Tafsir Ibnu Katsir, dan Tafsir Al-Maraghi

Madarif Institute
 Web: madarifinstitute.org

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *